Senin, 17 Oktober 2022

Ancaman di Balik Minuman Manis



                   Ancaman di Balik Minuman Manis





        Berkembangnya industri minuman yang ada di Indonesia memberikan dampak positif dan negatif bagi berbagai pihak. Misalnya saja untuk para pencari kerja, mereka bisa mendapatkan peluang tambahan. Namun, bagi konsumen, ada aspek kesehatan yang tidak bisa dianggap remeh, apalagi diabaikan. Jika hal tersebut dibiarkan, dampak negatif industri minuman tidak hanya membuat kesehatan menjadi menurun, tetapi juga memengaruhi perekonomian negara. Jika kita bandingkan dengan kondisi beberapa tahun lalu, industri makanan dan minuman di tahun 2022 berkembang sangat pesat. Bisa kita lihat dengan adanya berbagai stand minuman dengan booth menarik, bahkan ada yang menyewa tempat dan membuat franchise minuman karena peminatnya sangat tingggi. Hal tersebut sebenarnya lumrah terjadi, apalagi berdasarkan artikel dari Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM disebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat ketiga dalam hal konsumsi minuman berpemanis tertinggi di Asia Tenggara. 

      Meskipun berada di peringkat atas, ternyata predikat tersebut bukanlah hal yang positif. Sebab, semakin tinggi tingkat konsumsi minuman manis, semakin tinggi pula tingkat kematian dan penyakit lain yang bisa menyertainya. Misalnya saja penyakit obesitas atau kelebihan berat badan, penyakit diabetes, penyakit jantung, penyakit yang berkaitan dengan kardiovaskular, serta penyakit tidak menular. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat minuman manis tersebut tidak hanya menyerang orang dewasa saja, tetapi juga anak-anak. Lebih dari empat puluh juta anak dengan rentang usia 0 hingga 5 tahun di seluruh dunia mengalami masalah berat badan. Diprediksi bahwa obesitas pada anak-anak akan meningkat dari tahun 1990 yang persentasenya hanya 4,2% menjadi dua kali lipatnya di tahun 2020 dan akan terus meningkat apabila tidak diatasi dengan baik. Dampak obesitas tidak hanya membahayakan tumbuh kembang anak, tetapi juga perekonomian negara. Pihak BPJS Kesehatan harus mengeluarkan uang belasan triliun di tahun 2017 untuk mengatasi kasus tersebut. Sebenarnya, industri minuman manis di Indonesia bisa diregulasi dengan memperbaiki faktor-faktor yang berpengaruh. Misalnya saja dengan membuat aturan terkait penjualan minuman manis beserta standarnya, harga minuman manis, iklan minuman manis, hingga menjalankan kebijakan edukasi bagi masyarakat.

       Harapannya, anak-anak hingga orang dewasa di Indonesia bisa lebih waspada terhadap minuman manis dan dampaknya bagi kesehatan. Penerapan kebijakan-kebijakan tersebut akan maksimal apabila mendapatkan dukungan dari masyarakat dan pemerintah. Sayangnya, regulasi terkait industri minuman masih belum jelas sepenuhnya. Sebagai konsumen minuman manis, kita perlu menjaga diri dari dampak negatif yang ditimbulkan. Industri minuman akan terus mengalami perkembangan, apalagi peminatnya seakan tidak pernah turun. Berbagai inovasi pada minuman manis terus dilakukan hingga mengabaikan kondisi konsumen. Selama ada permintaan, penawaran minuman manis pasti akan terus terjadi. Oleh karena itu, kebijakan terkait industri minuman perlu segera diatur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar